Sultan Kanoman Cirebon Ke-12

Pangeran Patih Keraton Kanoman Cirebon

Jumat, 02 Juli 2010

Kesultanan Keraton Kanoman Gelar Gerebeg Syawal


Setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh kemudian disempurnakan dengan puasa sunnah di bulan Syawal selama tujuh hari, keluarga besar Keraton Kanoman Cirebon mempunyai agenda rutin tahunan berziarah ke makam Sunan Gunung Jati yang dikenal dengan sebutan Gerebeg Syawal.

Dalam pelaksanaannya, ritual tahunan ini selalu melibatkan ribuan masyarakat dari berbagai daerah yang ingin turut serta berziarah, mendoakan sambil mengenang kebesaran Sunan Gunung jati yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Nusantara atau bahkan mengharapkan berkahnya.Seperti tahun-tahun sebelumnya keluarga besar kesultanan keraton Kanoman menjalankan ritual Grebeg Syawal diiringi ribuan masyarakat dari berbagai daerah yang mengharapkan berkah di Komplek Makam Sunan Gunung Jati di Astana Gunung Sembung, tepatnya di Desa Astana, Kecamatan Gunung jati, Kabupaten Cirebon, Jabar.

Ritual diawali dengan kedatangan Sultan Kanoman XII Sultan Raja Muhammad Emirudin beserta kerabat di kompleks makam sekitar pkl. 06.30 WIB. Kehadiran keluarga besar keraton ini pun disambut oleh ribuan masyarakat yang sudah berada di tempat tersebut sejak satu hari sebelumnya.

Rombongan Keluarga Keraton kemudian berjalan melewati sembilan pintu menuju makam Sunan Gunung Jati yang hanya dibuka pada saat-saat tertentu saja dan atas seijin sultan.

Tujuh pintu utama yang dilewati keluarga keraton namun terlarang bagi masyarakat biasa yaitu Pintu Pasujudan, Pintu Kandok, Pintu Pandan, Pintu Soko, Pintu Kaca, Pintu Bacem, dan Pintu Gusti. Sedangkan bagi masyarakat biasa hanya diperbolehkan memasuki areal pemakaman hanya sampai di Pintu Pasujudan atau lebih dikenal dengan sebutan Lawang Gede.

Humas Keraton Kanoman, Arief Rahman menerangkan keluarga kesultanan Keraton Kanoman tersebut akan melakukan doa bersama, tahlilan dan dzikir di komplek pemakaman Sunan Gunung Jati tersebut atau yang lebih dikenal dengan nama Gedong Djinem.

"Keluarga keraton akan melakukan tujuh kali doa bersama, tahlil dan dzikir di tujuh areal pemakaman mulai dari makam Sunun Gunung Jati hingga komplek makam cicit Sunan Gunung Jati yang menjadi raja kanoman generasi kedua. Semuanya dilakukan menghadap kiblat dan akan diakhiri dengan tutup doa menghadap Pintu Pasujudan sekaligus penutupan kembali pintu tersebut atas ijin Sultan, ujar Arief.

Selama keluarga Sultan Kanoman beserta kerabat menjalankan doa bersama, para peziarah diperbolehkan melakukan kegiatan serupa namun hingga sebatas Lawang Gede dan areal pemakaman di sekitarnya serta diperkenankan untuk melakukan sawer (melemparkan uang dan bunga) ke arah Lawang Gede.

Setelah melakukan tahlil dan doa penutup didepan Pintu Pasujudan, Sultan dan kerabat beristirahat bersama di Pesanggrahan sambil menikmati hidangan yang telah disediakan oleh para kemit (penjaga makam). Sambil beristirahat, Sultan bersama kerabat melakukan Surak atau membagikan uang logam dengan cara dilemparkan ke arah kerumunan peziarah.

"Tujuan dari tradisi ini adalah sebagai ungkapan ras syukur Keraton Kanoman telah menyelesaikan ibadah puasa selama satu bulan dan disempurnakan dengan puasa sunnah selama satu tujuh hari sesuai anjuran Rasul,"

Gerebeg Ageng merupakan acara rutin yang digelar Keraton Kanoman Cirebon, meskpin kegiatan tidak seramai acara Gerebeg Syawal yang kerap digelar sepeken setelah Idul Fitri, namun acara Gerebeg Ageng berjalan khidmat dan di ikuti ratusan warga dari berbagai daerah.

Berdasarkan informasi, prosesi Gerebeg Ageng yang langsung dipimpin Sultan Kanoman, Pangeran Raja Muhamad Emirudin turut diikuti seluruh keluarga keraton. Dalam kesempatan itu juga turut hadir Pangeran Patih Qodirun didampingi para kerabat keraton.

Seperti halnya Gerebeg Syawal, prosesi Gerebeg Ageng dilakukan sejak pagi sekitar pukul 06.30 WIB. Sultan Kanoman dan dan Pangeran Patih Qodirun tampak mengenakan jubah emas yang kerap digunakan dalam setiap acara-acara tradisi keraton.

Setelah sultan dan kerabat masuk kedalam Komplek Astana Gunung Jati, prosesi diawali dengan salat Idul Adha bersama di Masjid Sunan Gunung Jati yang berada tepat di tengah-tengah area makam. Setelah melakukan salat bersama, sultan bersilaturahmi dengan kerabat keraton.

Sementara itu, masyarakat umum yang memenuhi masjid serta pelataran makam Gunung Jati, diberikan kesempatan untuk langsung bersilaturahmi dengan sultan dan kerabat. Dalam acara ini, tampak warga berebut menyalami.

Prosesi silaturahmi dengan sultan ini, merupakan momentum yang dianggap penting bagi para pengunjung. Pasalnya, mereka dapat langsung menyalami, atau sekadar mencium tangan sultan yang diyakini bakal mendatangkan berkah.

Setelah bersalaman dengan masyarakat, lantas sultan dan keluarga menuju kompleks pemakamanan Gunung Jati guna melakukan ziarah. Selanjutnya, sultan membuka pintu pasujudan yang merupakan gerbang utama menuju makam Sunan Gunung Jati.

Pintu pasujudan ini, hanya dibuka dua kali dalam setahun yakni pada saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Tepat di depan pintu tersebut, sultan dan keluarga melakukan doa bersama yang diikut warga yang berderet di bagian belakang.

"Kegiatan Gerebeg Ageng ini, merupakan salah satu acara yang dimaknai sebagai upaya untuk mengikat tali silaturahmi antara keluarg keraton dan masyarakat umum," tutur juru bicara keraton Kanoman Pangeran Arif Rahman usai acara berlangsung.

Dalam kesempatan itu Arif menegaskan, kegiatan ini juga digelar guna mengingatkan masyarakat yang kerap berziarah ke makam Sunan Gunung Jati agar tidak terjebak ke arah musyrik. Hal itu, dicontoh keluarga keraton dengan melakukan tahlil, doa bersama dan salat sunah tanpa ada kegiatan lain yang mengarah kepada kemusyrikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar